阴阳怪气是什么意思| 穹隆什么意思| 覆水难收是什么意思| 屏蔽一个人意味着什么| 吃面是什么意思| 象牙白适合什么肤色| 双子座和什么星座最配| 薄荷泡水喝有什么功效| 眼白有点黄是什么原因| 脉细滑是什么意思| 云母是什么| 看灰指甲去医院挂什么科| 摇头晃脑是什么生肖| 脑白质是什么病| 琉璃是什么材质| 1月1号是什么星座| 什么样的天山| 阿卡波糖什么时候吃| 什么是自由度| 心跳过慢吃什么药| 宽宽的什么填空| 双肺纹理增多模糊是什么意思| 胯疼是什么原因| 每天放很多屁是什么原因| 人体是由什么组成的| 死精是什么原因造成的| 什么能力| 没有舌苔是什么原因| 火加田读什么| 转氨酶高是什么病| 腰腿疼痛吃什么药效果好| 做梦是什么原因造成的| 918是什么日子| 女生右眼睛老是跳是什么原因| 前列腺肥大有什么症状| 一毛不拔是什么生肖| 昆仑雪菊有什么作用| 属相鸡与什么属相相合| 眼花是什么原因引起的| 胰腺炎为什么血糖高| 什么是生酮饮食| 用什么锅炒菜对人体健康更有益| chanel什么牌子| 痉挛是什么意思| 八八年属什么生肖| 腿困是什么原因| 红枣泡水喝有什么功效| 什么风化雨| 惠字五行属什么| 弱水三千是什么意思| 虎口是什么穴位| 为什么现在不吃糖丸了| 肝有问题会出现什么症状| 为什么宫颈会肥大| 常流鼻血是什么原因| 宝宝为什么喜欢趴着睡| 南京为什么叫金陵| 淋巴是什么东西| 溜肩是什么意思| 肩胛骨缝疼挂什么科| 网店卖什么好| 步步生花是什么意思| 56年属什么| 什么时候建档| 菌群异常是什么意思| 什么水果清热解毒去火| 土色是什么颜色的图片| 火腿是什么肉| 布病是什么症状| 盆腔炎吃什么药| mac是什么意思啊| trc是什么意思| 嘴巴疱疹用什么药膏| 龟苓膏不能和什么一起吃| 监视居住是什么意思| 被老鼠咬了有什么预兆| 抬头头晕是什么原因| 周星驰是什么星座| slf是什么意思| 看灰指甲去医院挂什么科| 丝瓜为什么会变黑| 月字旁的有什么字| 骂人是什么意思| 世家是什么意思| 士多店是什么意思| 吃维e有什么好处和副作用| 强的松又叫什么| 胃溃疡吃什么食物好| 阴道出血是什么原因引起的| kor是什么意思| 右小指麻木是什么征兆| 手机有什么品牌| 黄精有什么功效| 食指比无名指长代表什么| 旁风草长什么样| 二月初五是什么星座| 舌苔厚白吃什么药最好| 莫名其妙的名是什么意思| 囊是什么意思| 脾胃虚寒吃什么水果好| 1990年什么生肖| 结节性甲状腺肿是什么意思| 纸是用什么材料做的| 什么是水洗棉| 偏瘫是什么意思| 计算机科学与技术是学什么的| 乳房疼挂什么科| 辽国是现在的什么地方| 为什么会得梅毒| 五毒为什么没有蜘蛛| 喝中药不能吃什么| 腱鞘炎用什么药治疗| 三合局是什么意思| 脑干诱发电位检查是检查什么| 女性寒性体质喝什么茶| 怕热易出汗是什么原因| 肉痣长什么样子图片| 72年五行属什么| td代表什么意思| 87年属什么的生肖| 一意孤行是什么意思| 淋巴结增大是什么原因严重吗| 胆黄素高是怎么回事有什么危害| 逼上梁山什么意思| 痘痘反复长是什么原因| 去香港自由行要办什么手续| 分开后我会笑着说是什么歌| 夏天吃西瓜有什么好处| 长期喝什么水可以美白| 宝宝消化不良吃什么| 什么人容易得肺结核| 女生打呼噜是什么原因| 火丹是什么原因造成的| 尿酸高吃什么可以降下去| 指甲发白是什么原因| 铁是补什么的| 番薯是什么意思| 吃素是什么意思| 甲硝唑治什么| 传媒公司主要做什么| 一个三点水一个有读什么字| 小狗需要打什么疫苗| 内蒙古代叫什么| 鸟屎掉身上有什么预兆| 嘴唇白是什么原因| 慢阻肺是什么原因引起的| 吃冰糖有什么好处和坏处| 9月13日什么星座| 1958年属什么生肖| 失眠吃什么药最有效| 秦二世叫什么名字| 血红蛋白什么意思| 黄芪的功效与作用是什么| 吃什么通便| 鸡子是什么东西| 男龙和什么生肖最配| 大头瘟现代叫什么病| 肚脐眼周围疼吃什么药| 4p是什么意思| 出家当和尚有什么要求| 怠工是什么意思| 白子画什么时候爱上花千骨的| 流产会出现什么症状| 半岛铁盒是什么| 远视是什么意思| 为什么南极比北极冷| 老年人吃饭老是噎着是什么原因| 女性提高免疫力吃什么| 什么是形而上学| 错构瘤是什么病| 呵呵哒什么意思| 脂蛋白a高是什么原因引起的| 钦点是什么意思| 嗤之以鼻是什么意思| ube手术是什么意思| 双亲是什么意思| 什么水果可以美白| 梦见打架是什么意思| 银河系是什么| 何德何能是什么意思| 嗓子有黄痰是什么原因| 早谢是什么症状| 嘴唇是紫色的是什么原因| 舌根部淋巴滤泡增生吃什么药| 情人眼里出西施是什么意思| 头皮很痒是什么原因| 熟地黄有什么功效| 骨盆倾斜有什么症状| 喝酒后胃不舒服吃什么药| 日本豆腐是什么材料| 诸位是什么意思| 吉祥三宝是什么意思| 学渣什么意思| 什么水果不能上供| hbcab阳性是什么意思| 什么叫糖类抗原| 盼头是什么意思| 通宵是什么意思| 腹部疼挂什么科| 带牙套是什么意思| rh(d)血型阳性是什么意思| apf是什么意思| 舌苔黄是什么原因| 日月同辉是什么意思| 结婚五周年是什么婚| 他说风雨中这点痛算什么| 前庭功能检查是查什么| 男人梦见猫是什么意思| 陕西为什么叫三秦大地| 什么药能治口臭| cpa是什么意思| 什么人容易老年痴呆| 大什么大| 什么动物不长胡须| 天天打喷嚏是什么原因| aivei是什么品牌| 骨质增生吃什么药| 鞭尸什么意思| 肋骨骨折吃什么食物好得快| 敲定是什么意思| 脖子落枕挂什么科| 弓箭是什么时候发明的| 小手指麻木是什么原因| 葛根主治什么病| 黄连泡水喝有什么功效| 格拉苏蒂手表什么档次| 什么人不适合做厨师| 滚床单是什么意思| 这是什么植物| 木梳子梳头有什么好处| 绾色是什么颜色| 感光度是什么意思| 胎膜是什么| 什锦是什么意思| 手心发热吃什么药| 结果是什么意思| 派出所是干什么的| 什么时候闰十二月| 煮羊肉放什么调料| 观音菩萨叫什么名字| 前列腺钙化灶是什么病| 梦见把头发剪短了是什么意思| 业力什么意思| 婴儿胎毛什么时候剃最好| otc药是什么意思| 懒散是什么意思| 马跟什么相冲| 男人尿多是什么原因| 无味是什么意思| 喝紫苏水有什么功效| 二月开什么花| 笔触是什么意思| 中性粒细胞百分比偏低是什么意思| 红绳有什么寓意| 男命食神代表什么| 吃什么容易减肥| 贤者模式是什么意思| 梦见女儿结婚是什么意思| 1898年属什么生肖| 地板砖什么颜色好看| 前壁后壁有什么区别| 乌龙茶属于什么茶| 一抽一抽的打嗝叫什么| 寒湿化热吃什么中成药| 百度Lompat ke isi

优生优育是什么意思

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Mazhab teologi Islam adalah berbagai paham dan aliran dalam Islam terkait ?aqīdah (akidah), keimanan, dan ketuhanan. Di awal sejarah Islam pada abad 7-8 Masehi, pemikiran teologi dan keilmuan belum terbentuk sebagaimana di periode-periode berikutnya. Beberapa kelompok yang muncul umumnya masih prematur dan dipengaruhi oleh faktor politik, seperti perebutan kekhalifahan antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah. Perpecahan yang awalnya lebih bersifat politis, seiring berjalannya waktu memunculkan perbedaan teologis,[1] dan hal ini menghadirkan berbagai mazhab teologi di dunia Islam. Di antar mazhab-mazhab Teologi Islam yang utama adalah Qadariyah, Falasifah, Jahmiyah, Murji'ah, Muktazilah, Batiniyah, Asy?ariyah, Maturidiyah, dan Atsariyah.

Menurut Encyclopaedia of the Qur'ān (2006), "Al-Qur'an merangkum berbagai tema teologis dari berbagai ajaran agama sebelumnya, dan melalui nabinya, Muhammad, menyajikan visi yang utuh tentang Sang Pencipta, kosmos, dan manusia. Dan terkait perselisihan teologis di kalangan dunia muslim berikutnya terbukti beredar di seputar penafsiran pesan nash Al-Qur'an, yang itu terkait erat dengan perjalanan hidup Muhammad".[2] Namun, sejarawan modern dan pengkaji Islam lainnya menduga bahwa beberapa gagasan teologis yang muncul kemudian nampaknya dipengaruhi artefak pemikiran kaum politeistik di Arab pra-Islam, seperti kepercayaan pada fatalisme (qadariyah) yang muncul dalam pemikiran teologi muslim manakala membicarakan masalah-masalah metafisik seperti sifat-sifat Tuhan. takdir, dan kehendak bebas.[3][4]

Akidah (Arab: ???????, al-?aqīdah) berasal dari kata al-?aqdu yang secara harfiah berarti: ikatan, pengesahan, penguatan; adapun kata al-?aqīdah sendiri secara harfiah berarti: prinsip, dasar atau pondasi, pengikatan, doktrin, kredo, keyakinan, dan pengakuan.[5] Adapun pengertian secara terminologi adalah perkara-perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa.[5] Dalam kajian agama dan humaniora, istilah biasanya diterjemahkan sebagai "teologi" dan paham-paham di dalamnya disebut "mazhab teologi"—yang berbeda dari mazhab fiqih. Adapun pengajaran atau kajian di dalamnya termasuk pelajaran ilmu kalam, falsafah, dan ushuluddin.

Salah satu mazhab teologi yang paling awal berkembang adalah Muktazilah yang sudah muncul pada pertengahan abad ke-8 Masehi.[3][6] Dari kasus perpecahan antara Khawarij, Sunni, dan Syiah di kalangan umat Islam yang terjadi setelah kematian Nabi Muhammad, golongan Khawarij mengembangkan doktrin ekstrem yang memisahkan mereka dari arus utama Sunni dan Syiah.[1] Kalangan Khawarij terkenal karena mengembangkan pendekatan radikal takfiri (pengkafiran, ekskomunikasi) dengan menuduh pengikut Sunni dan Syiah sebagai kafir atau munafik, dan karena itu menganggap mereka layak dihukum mati karena telah murtad (ridda).[1] Pada abad ke-10 lahir mazhab akidah Asy?ariyah yang berkembang sebagai tanggapan terhadap Muktazilah yang diprakarsai oleh Imam Asy?ari.

Ilmu kalam

[sunting | sunting sumber]

Ilmu Kalam (bahasa Arab: ??? ??????,?ilm al-kalām; atau bisa disingkat "Kalam") adalah satu cabang ilmu keislaman yang membahas masalah akidah atau keimanan berdasarkan argumen rasional tanpa mengesampingkan nash Al-Qur'an dan As-Sunnah.[7] Ilmu ini juga lazim disebut sebagai Ilmu Ushuluddin (dasar-dasar agama), Ilmu ?Aqaid ( (akidah), dan Ilmu Tauhid (keesaan Tuhan). Secara garis besar Ilmu Kalam membahas persoalan teologis (Qismul Ilahiyat) terkait wujud, sifat, dan perbuatan Tuhan dan kaitannya dengan qadha dan qadhar serta kehendak bebas manusia; persoalan kenabian (Qismul Nubuwah) terkait sifat dan tugas para rasul-Nya, pewahyuan dan risalah, hingga persoalan pewaris kenabian (kekhalifahan); dan persoalan Hari Akhir (Qismul Al-Sam'iyat) terkait Hari Kebangkitan, surga dan neraka, serta pembalasan atas manusia.[7]

Ilmu Kalam memang berkembang lebih lambat dibanding keilmuan keislaman lainnya seperti Ilmu Fikih dan Ilmu Hadits.[7] Namun, itu bukan berarti tidak ada pembicaraan tentang persoalan teologis di masa-masa awal perkembangan Islam, hanya saja sifatnya belum sistematis dan didominasi topik seputar kekhalifahan, keimanan dan kekufuran akibat dosa, serta takdir.[7][8] Di abad-abad berikutnya ilmu ini mulai berkembang dan mendapat perhatian melalui tokoh-tokohnya seperti Abu Hasan al-Asy'ari dan Abu Mansur al-Maturidi,[7] serta banyak cendikiawan lainnya seperti Al-Ghazali, Al-Farabi, dan Ibnu Sina. Harus diakui bahwa Ilmu Kalam mendapat pengaruh dari Filsafat Yunani, terutama sejak penerjemahan besar-besaran teks-teks Yunani ke bahasa Arab di era Abbasiyah di sepanjang abad ke-10 hingga abad ke-12 Masehi, namun pada waktu Ilmu Kalam dan kemudian diperkaya oleh Filsafat Yunani,[7][8][9] sehingga beberapa sarjana modern melihat Ilmu Kalam merupakan asimilasi dari ilmu teologi keislaman dengan logika Aristotelian.[6]

Di awal perkembangan Islam

[sunting | sunting sumber]

Di awal sejarah Islam pada abad 7-8 Masehi, pemikiran teologi dan keilmuan belum terbentuk sebagaimana di periode-periode berikutnya. Beberapa kelompok yang muncul umumnya masih prematur dan dipengaruhi oleh faktor politik, seperti perebutan kekhalifahan antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah. Firqah yang menonjol adalah kelompok Muhakimah (bahasa Arab: ?????) merujuk pada kelompok yang abstain secara politik pada arbitrase sekitar Perang Shiffin. Secara teologis, seiring berjalannya waktu mereka terbagi menjadi dua sekte besar yang disebut Khawarij dan Ibadiyah.[10]

Kaum Khawarij percaya bahwa Abu Bakar dan Umar merupakan khalifah terpilih dan benar, namun menganggap Utsman bin Affan telah menyimpang pada hari-hari terakhir kekuasaannya, serta percaya bahwa Ali ibn Abi Thalib telah berdosa ketika menyetujui arbitrase dengan Mu?āwiyah dalam Pertempuran Siffin. Sebagian besar pasukan pendukung Khalifah Ali menolak menyetujui arbitrase itu dan memilih tidak menjadi pendukung keduanya.

Khawarij menolak doktrin maksum untuk para pemimpin umat Muslim, berbeda dengan Syiah yang menganggap para imam maksum.[11] Cendekiawan muslim modern Abul Ala Maududi menulis perbedaan doktrin Khawarij dengan doktrin Sunni pada umumnya. Kaum Khawarij percaya bahwa perbuatan dosa disamakan dengan kufur dan bahwa setiap pelaku dosa besar dianggap sebagai kafir kecuali dia bertaubat. Dengan mengambil posisi ini, kaum Khawarij mencela semua khalifah yang pernah ada.

Semua kaum muslim juga dapat kufur karena: pertama, mereka tidak bebas dari dosa; kedua, karena menganggap para khalifah sebagai orang beriman; dan ketiga, karena mengambil hukum dari mereka yang berdosa, termasuk para sahabat.[12] Selain itu, kaum Khawarij percaya bahwa kepatuhan kepada khalifah bersifat mengikat manakala sang khalifah mengatur urusan dengan adil, tetapi jika dia menyimpang maka wajib untuk dihadapi, diturunkan atau malah dibunuh.

Ibadiyah memiliki beberapa doktrin yang tumpang tindih dengan aliran Asy?ariyah dan Muktazilah, bahkan beberapa sekte Syiah.[10]

Jahmiyah adalah pengikut teolog Jahm bin Safwan yang mengasosiasikan dirinya dengan Al-Harith ibn Surayj . Dia adalah pendukung determinisme ekstrem, di mana menurutnya manusia hanya bertindak secara metaforis dengan cara yang sama seperti matahari bertindak saat terbenam.[13] Mazhab ini sekarang sudah tidak ada.

Qadariyah

[sunting | sunting sumber]

Qadariyyah awalnya awalnya ditujukan kepada para teolog muslim awal yang menegaskan bahwa manusia secara ontologis bebas dan memiliki kehendak bebas yang total, karenanya menjustifikasi mengapa Tuhan menimpakan hukuman kepada manusia yang berbuat salah.[14][15] Doktrin mereka diadopsi oleh kaum Muktazilah yang berkembang sesudahnya.[14]

Murji'ah ( bahasa Arab: ??????? ) adalah mazhab teologi awal yang muncul sebagai perlawanan atau golongan Khawarij, khususnya terkait hubungan antara dosa dan kemurtadan. Murji'ah percaya bahwa dosa tidak mempengaruhi iman, melainkan hanya berdampak pada takwa. Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa siapa pun yang menyatakan telah beriman minimal harus dianggap sebagai muslim, dan dosa saja tidak cukup untuk membuat seseorang dicap sebagai kafir. Pendapat kaum Murji'ah ini mendominasi seluruh mazhab sesudahnya, terutama Khawarij dan Asy'ariyah.

Umumnya kalangan Sunni mengadopsi mazhab teologi Asy?ariyah,[16] meski ada juga yang memilih Mātūrīdiyah dan lainnya.[17] Muslim Sunni adalah denominasi Islam terbesar dan dikenal sebagai kelompok Ahlussunnah wal-Jamā?ah, atau kerap hanya dipanggil Ahlussunnah . Kata "sunni" sendiri berasal dari kata sunnah, yang mengindikasikan pengakuan bahwa kelompok mengikuti ajaran dan perbuatan nabi Muhammad. Oleh karena itu, istilah “Sunni” mengacu pada mereka yang mengikuti atau memelihara sunnah Nabi Muhammad.

Pertemuan Para Teolog, lukisan Persia karya Abdullah Musawwir (pertengahan abad ke-16), Museum Seni Nelson-Atkins .

Banyak paham teologis yang muncul di dunia Sunni, namum beberapa yang terkenal adalah sebagai berikut:

Atsariyah

[sunting | sunting sumber]

Atsariyah (bahasa Arab: ???? ; literalis) adalah paham teologis yang menolak ajaran rasionalistik, atau secara spesifik adalah ilmu kalam dan falsafah, dan mengajarkan literalisme ketat dalam menafsirkan nash Al-Qur'an.[18] Sebutan ini berasal dari kata Arab "atsar" yang secara harfiah berarti "sisa" atau "kisah".[19] Para pengikutnya disebut Atsariyah atau Atsaris

Bagi pengikut Atsariyah, makna lahiriah dari Al-Qur'an, dan khususnya tradisi kenabian, merupakan otoritas tunggal dalam masalah keyakinan tanpa perlu bantuan perangkat rasional (ilmu kalam).[20] Dalam memahami Al-Qur'an kaum Atsaris mengambil prinsip amodal (apa yang tersurat itu yang dipahami), berlawanan dengan mazhab lain yang membolehkan ta'wil (penafsiran metaforis); karena itu mereka tidak berusaha mengkonseptualisasikan makna ayat-ayat Al-Qur'an secara rasional dan sepenuhnya percaya bahwa makna hakiki harus diserahkan hanya kepada Tuhan (tafwid).[21] Intinya, maknanya sudah diterima tanpa menanyakan "bagaimana" (bilaa kayfa).

Muktazilah

[sunting | sunting sumber]

Muktazilah adalah mazhab teologi yang mulanya bersifat apolitis dengan mengambil sikap netral di antara pengikut Khalifah Ali bin Abi Thalib dan lawan-lawannya. Lambat laun kelompok ini membentuk mazhab teologi sendiri yang berkembang di Basra dan Bagdad (abad ke-8 hingga ke-10).[22][23]

Menurut berbagai sumber Sunni, teologi Muktazilah muncul pada abad ke-8 di Basra (sekarang di Irak) ketika Wā?il ibn ?A?ā' (w. 131 H/748 M) menarik diri (i?tazala, asal kata mu'tazilah) dari pengajaran Hasan al -Bashri setelah perselisihan teologis mengenai masalah al-Manzilah bayna al-Manzilatayn (posisi antara dua posisi), di mana Wasil ibn Ata bernalar bahwa seorang pendosa berat (fāsiq) tidak dapat digolongkan sebagai mukmin atau kafir tetapi berada di perantara posisi (al-manzilah bayna manzilatayn).[24]

Aliran Muktazilah kemudian mengembangkan bentuk rasionalisme Islamyang sebagian dipengaruhi oleh melimpahnya penerjemahan falsafah Yunani. Ajaran teologinya mencakup tiga prinsip fundamental: keesaan (tauhid) dan keadilan (?adl) Tuhan;[25] kehendak bebas manusia, dan status Al-Quran sebagai makhluk.[26][27] Meskipun pengikut Muktazilah mengandalkan rasionalitas dalam memahami masalah ketuhanan, namun titik berangkatnya adalah sama yakni ajaran Islam.[28][29]

Asy?ariyah

[sunting | sunting sumber]

Asy?ariyah adalah mazhab teologi yang didirikan oleh seorang cendekiawan, mujadid, dan ahli ilmu kalam bernama Abū al-?asan al-Asy?ari yang hidup pada abad ke-9 hingga ke-10.[30][31][32] Asy?arīyah membangun jalan tengah antara doktrin teologi Atsariyah dan Muktazilah.[30][32][33][34] Mazhab Asy?arīyah berpendapat bahwa kebenaran tertinggi hanya dapat diketahui melalui wahyu; dan bahwa tanpa wahyu, rasio manusia tidak berdaya untuk membedakan kebaikan (haq) dan keburukan (batil). Dalam upaya untuk menjelaskan bagaimana Tuhan memiliki kekuasaan dan kendali atas segala sesuatu, tetapi manusia bertanggung jawab atas dosa-dosa mereka, al-Asy?ari mengembangkan doktrin kasb (perolehan), di mana setiap dan semua tindakan manusia, bahkan mengangkat jari, diciptakan . oleh Tuhan, tetapi manusia yang melakukan tindakan itu bertanggung jawab untuk itu, karena mereka telah "memperoleh" tindakan itu.[35] Sementara al-Asy?ari menentang pandangan mazhab Mu?tazilite saingannya, dalam Istihsan al-Khaud juga tampak bahwa ia menentang pandangan yang menolak semua perdebatan, yang dianut oleh mazhab tertentu seperti Zahiri (literalis), Mujassimite (antropteis), dan Muhaddithin (tradisionalis) karena terlalu menekankan pada taqlid (mengikuti secara buta).

Asy?ariyah menjadi aliran pemikiran teologis utama dalam Islam Sunni dan menjadi aliran teologis paling penting dalam sejarah Islam.[31] Di antara para teolog Asy?ariyah yang menonjol adalah Imam al-Ghazali, Imam Nawawi, Ibnu Hajar al-Asqalani, Ibnu al-Jawzi, Jalaluddin as-Suyuti, Fakhruddin ar-Razi, Ibnu Asakir, Tajuddin as-Subki, dan Ahmad Baihaqi.[36]

Maturidiyah

[sunting | sunting sumber]

Mazhab Maturidiyah didirikan oleh Abu Mansur al-Maturidi, dan merupakan mazhab teologi kedua paling populer di kalangan Sunni, terutama di wilayah-wilayah yang dulunya dikuasai Ottoman dan Mughal. Kebanyakan pengikut Maturidiyah berasal dari mazhab fikih Hanafi.[37]

Mazhab Maturidi mengambil posisi tengah antara mazhab Asy?ariah dan Mutazilah dalam persoalan mengetahui kebenaran/kebatilan dan kehendak bebas. Maturidiyah mengajarkan bahwa nalar manusia dapat mengenali kebaikan dan keburukan sekalipun tanpa bimbingan wahyu, sekaligus tetap mempertahankan bahwa wahyu adalah sumber pengetahuan tertinggi. Dalam pandangan mereka, etika memiliki kebenaran objektifnya, dengan demikian manusia dapat mengenali yang baik dan yang buruk hanya dengan menggunakan akalnya tanpa wahyu.[38] Misalnya manusia dapat mengenali bahwa pembunuhan adalah suatu tindakan yang buruk.

Menyangkut masalah Rukun Iman, pengikut Maturidiyah percaya bahwa surga dan neraka telah ada sejak manusia hidup di dunia saat ini; dan mereka juga memandang malaikat memiliki kesempurnaan.[39][40] Selain itu, Maturidiyah percaya bahwa Tuhan adalah Maha Pencipta dan dapat mengendalikan semua ciptaan-Nya, namun tetap mengizinkan manusia mengambil keputusan individual.

Denominasi Zaidiyah dalam Syi'ah sangat dekat pandangannya dengan mazhab teologi Mu?tazilah; perbedaan utamanya hanya terletak pada doktrin imamah. Di antara golongan Syiah, kaum Zaidiyah adalah yang paling mirip dengan golongan Sunni,[41] karenanya tidak heran bila fikih dan teologinya sejalan dengan umumnya pandangan Sunni.[42]

Batiniyah

[sunting | sunting sumber]

Batiniyah awalnya diperkenalkan oleh Abul-Khāttāb Muhammad ibn Abu Zaynab al-Asadī,[43][44] dan kemudian dikembangkan oleh Maimun al-Qaddah [45] dan putranya Abdullah bin Maimun al-Qaddah.[46] Disebut mazhab Batiniyah karena kekhasan cara pandang mereka terhadap Al-Qur'an yang bersifat batiniyah (tersirat), dan aliran ini dipercaya mempengaruhi beberapa kelompok Syi'ah lainnya seperti mazhab Ismiliyah dan mazhab Tisna ?Asyar.

Pengikut mazhab Batiniyah dari kalangan Syiah Dua Belas adalah sekte Alevi di Anatolia dan Alawi yang banyak menetap di Suriah dan Libanon. Mereka juga mengembangkan sistem fikih sendiri yang berbeda dari fikih Ja?fari. Populasi gabungan mereka hampir sekitar 1% dari populasi Muslim global.[47][48]

Ismailiyah

[sunting | sunting sumber]

Perbedaan mazhab Ismailiyah dengan mazhab Tisna ?Asyar karena mereka percaya akan imamah yang sah dan hidup selamanya, yakni Isma'il ibn Jafar[49] putra dari Ja'far ash-Shadiq. Ismailiyah percaya bahwa Ismail bin Jafar sudah mewarisi jubah imamah sebelum ayahnya meninggal.[50]

Itsna 'Asyariyah

[sunting | sunting sumber]

Mazhab teologi Itsna ?Asyariyah meyakini imam yang berjumlah 12 orang, yang dari situlah nama mereka berasal. Khusus untuk Imam ke-12, mereka percaya bahwa ia menghilang (tidak terlihat) dan terus hidup hingga muncul kembali di Akhir Zaman. Hadis Syiah meliputi ucapan para Imam. Banyak Muslim mengkritik Syiah karena kepercayaan dan praktik tertentu, termasuk praktik seperti Duka Muharram (M?tam). Mereka adalah mazhab akidah Syiah terbesar (93%), dominan di Azerbaijan, Iran, Irak, Lebanon, dan Bahrain dan memiliki populasi yang signifikan di Pakistan, India, Afghanistan, Kuwait, dan provinsi Timur, Arab Saudi. Syiah 12 Imam adalah pengikut mazhab Ja?fariyah atau Batiniyyah.

Mazhab teologi baru

[sunting | sunting sumber]

Ahmadiyah

[sunting | sunting sumber]

Ahmadiyah lahir pada abad ke-19 Masehi. Secara doktrin, ajaran Ahmadiyah persis serupa dengan tradisi Sunni, seperti mempercayai Lima Rukun Islam dan Enam Rukun Iman Islam, termasuk menerima Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai sumber hukum.[51] Mereka dianggap ajaran sesat oleh kebanyakan lainnya karena mengakui Mirza Ghulam Ahmad, pendiri sekte ini, sebagai mesiah, nabi, mahdi, atau sejenisnya.[52][53][54][55]

Penekanan pada mesianisme atau kemahdian, membuat mereka percaya bahwa setelah Muhammad diutus ke bumi maka manifestasi kebenaran Islam akan disempurnakan seiring waktu hingga kedatangan Mahdi.[56] Kalangan Sunni dan Syiah juga mempercayai akan kedatangan Mahdi dan Nabi Isa di Akhir Zaman, tapi tidak mengakui para pemukanya sebagai nabi.

Namun tidak semua pengikut Ahmadiyah menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi, dan dalam hal ini dikenal Ahmadiyah Qadian dan Lahore. Pangkal perpecahan Ahmadiyah secara umum terletak pada persoalan kenabian, takfirul-muslimin (pengkafiran umat muslim lain), dan kepemimpinan. Secara umum firqah Qadian menanggap Mirza sebagai bashar rasul (aspek lahiriah kerasulan), sedangkan firqah Lahore hanya menganggapnya sebagai mujaddid (pembaharu).[57] Namun di balik itu, perpecahan dalam tubuh Ahmadiyah memiliki aroma politik yang menyertainya, yakni perebutan khilafat (pemimpin tertinggi) Ahmadiyah yang sudah terjadi sejak tahun 1914, di mana Muhammad Ali dan para pengikutnya menyatakan keluar dari Ahmadiyah (Qadian) dan mendirikan kelompok sendiri di Lahore.

Pada tahun 1994, MUI mengeluarkan fatwa bahwa Ahmadiyah sesat dan menyesatkan, berdasarkan 9 buku utama ajaran Ahmadiyah. Fatwa ini diputuskan dalam musyawarah Nasional II tanggal 26 Mei–1 Juni 1980 di Jakarta.[58] Sejak saat itu keberadaan Ahmadiyah di Indonesia mendapat tekanan dari masyarakat muslim lainnya.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c Izutsu, Toshihiko (2006) [1965]. "The Infidel (Kāfir): The Khārijites and the origin of the problem". The Concept of Belief in Islamic Theology: A Semantic Analysis of Imān and Islām. Tokyo: Keio Institute of Cultural and Linguistic Studies at Keio University. hlm. 1–20. ISBN 983-9154-70-2. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 2025-08-14. Diakses tanggal 2025-08-14.
  2. ^ Encyclopaedia of the Qur?ān. Vol. V. Brill Publishers. 2006. doi:10.1163/1875-3922_q3_EQCOM_00203. ISBN 90-04-14743-8. ;
  3. ^ a b  ? Treiger, Alexander (2016) [2014]. "Part I: Islamic Theologies during the Formative and the Early Middle period – Origins of Kalām". Dalam Schmidtke, Sabine (ed.). The Oxford Handbook of Islamic Theology. Oxford and New York: Oxford University Press. hlm. 27–43. doi:10.1093/oxfordhb/9780199696703.013.001. ISBN 9780199696703. LCCN 2016935488. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 2025-08-14. Diakses tanggal 2025-08-14.

     ? Abrahamov, Binyamin (2016) [2014]. "Part I: Islamic Theologies during the Formative and the Early Middle period – Scripturalist and Traditionalist Theology". Dalam Schmidtke, Sabine (ed.). The Oxford Handbook of Islamic Theology. Oxford and New York: Oxford University Press. hlm. 264–279. doi:10.1093/oxfordhb/9780199696703.013.025. ISBN 9780199696703. LCCN 2016935488. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 2025-08-14. Diakses tanggal 2025-08-14.
  4. ^ Encyclopaedia of the Qur?ān. Vol. I. Brill Publishers. 2001. doi:10.1163/1875-3922_q3_EQCOM_00025. ISBN 978-90-04-14743-0. ;
  5. ^ a b bin Abdul Hamid al-Atsari, Abdullah (2006). Intisari Aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah. Diterjemahkan oleh bin Muhammad Bathathy, Farid. Jakarta: Pustaka Imam Syafi'i. hlm. 33–34. ISBN 9789793536606. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  6. ^ a b "La théologie musulmane et l'étude du langage". Histoire. épistémologie. Langage (dalam bahasa Prancis). 2 (1: éléments d'Histoire de la tradition linguistique arabe). Paris: Société d'histoire et d'épistémologie des Sciences du Langage: 9–19. 1980. doi:10.3406/hel.1980.1049. ISSN 1638-1580. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 2025-08-14. Diakses tanggal 2025-08-14.
  7. ^ a b c d e f Jamrah, Suryan A. (2015). Studi Ilmu Kalam. Jakarta: Prenada Media. ISBN 9786020895307. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  8. ^ a b Mutahhari, Murtada (1985). "An Introduction to 'Ilm al-Kalam". Muslimn Philosophy. Diakses tanggal 2025-08-14.
  9. ^ "An Introduction to ?Ilm al-Kalām, Origin and Growth". Islam Online. Diakses tanggal 2025-08-14.
  10. ^ a b J. Hoffman, Valerie (2012). The Essentials of Ibadi Islam. Syracuse University Press. hlm. 328. ISBN 978-0815650843. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal November 18, 2022. Diakses tanggal August 28, 2014.
  11. ^ Baydawi, Abdullah. "Tawali' al- Anwar min Matali' al-Anzar", circa 1300. Translated alongside other texts in the 2001 "Nature, Man and God in Medieval Islam" by Edwin Elliott Calverley and James Wilson Pollock. pp. 1001–1009
  12. ^ Abul Ala Maududi, "Khilafat-o-Malookeyat" in Urdu language, (Caliphate and kingship), p 214.
  13. ^ Watt, W. Montgomery (May 1970). Pestman, P. W. (ed.). "The study of the development of the Islamic sects". Acta Orientalia Neerlandica: Proceedings of the Congress of the Dutch Oriental Society Held in Leiden on the Occasion of Its 50th Anniversary: 85.
  14. ^ a b John L. Esposito, ed. (2014). The Oxford Dictionary of Islam. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-512558-0. ; ;
  15. ^ J. van Ess. Encyclopedia of Islam, 2nd ed, Brill. "?adariyya", vol.4, p. 368.
  16. ^ “Ash‘ariyya” by W. Montgomery Watt in The Encyclopaedia of Islam, vol. I, p. 696.
  17. ^ Heer, Nicholas (n.d.). "A LECTURE ON ISLAMIC THEOLOGY" (PDF). University of Washington Faculty. hlm. 9–10. Diarsipkan (PDF) dari versi aslinya tanggal 26 October 2021. Diakses tanggal 13 August 2021.
  18. ^ Halverson, Jeffry R. (2010). Theology and Creed in Sunni Islam: The Muslim Brotherhood, Ash'arism, and Political Sunnism. Palgrave Macmillan. hlm. 36. ISBN 9781137473578. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 2025-08-14. Diakses tanggal 2025-08-14. The Atharis can thus be described as a school or movement led by a contingent of scholars (ulama), typically Hanbalite or even Shafi'ite, which retained influence, or at the very least a shared sentiment and conception of piety, well beyond the limited range of Hanbalite communities. This body of scholars continued to reject theology in favor of strict textualism well after Ash'arism had infiltrated the Sunni schools of law. It is for these reasons that we must delineate the existence of a distinctly traditionalist, anti-theological movement, which defies strict identification with any particular madhhab, and therefore cannot be described as Hanbalite.
  19. ^ Spevack, Aaron (2014). The Archetypal Sunni Scholar: Law, Theology, and Mysticism in the Synthesis of Al-Bajuri. State University of New York Press. hlm. 169. ISBN 978-1-4384-5370-5. The term Atharis is derived from athar, which implied transmitted content (rather than rationally derived content).
  20. ^ Halverson, Theology and Creed in Sunni Islam, 2010: 36
  21. ^ Halverson, Theology and Creed in Sunni Islam, 2010: 36-7
  22. ^ NEAL ROBINSON (1998). "Ash'ariyya and Mu'tazila". muslimphilosophy.com. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 2025-08-14. Diakses tanggal 2025-08-14.
  23. ^ "Different views on human freedom – Mu'tazilites and Asharites – Authority in Islam – GCSE Religious Studies Revision – OCR". BBC Bitesize (dalam bahasa Inggris (Britania)). Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 2025-08-14. Diakses tanggal 2025-08-14.
  24. ^ Dhanani, Alnoor (1994). The physical theory of Kalām : atoms, space, and void in Basrian Mu?tazilī cosmology. Leiden: Brill. hlm. 7. ISBN 978-9004098312.
  25. ^ Fakhry, Majid (1983). A History of Islamic Philosophy (Edisi second). New York: Columbia University Press. hlm. 46. Almost all authorities agree that the speculation of the Mu?tazilah centeres around the two crucial concepts of divine justice and unity, of which they claim to be the exclusive, genuine exponents.
  26. ^ Campanini, Massimo (2012). "The Mu'tazila in Islamic History and Thought". Religion Compass. 6: 41–50. doi:10.1111/j.1749-8171.2011.00273.x. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 2025-08-14. Diakses tanggal 2025-08-14.
  27. ^ Abdullah Saeed. The Qur'an: an introduction. 2008, page 203
  28. ^ Walzer, R. (1967). "Early Islamic Philosophy". Dalam A. H. Armstrong (ed.). The Cambridge History of Later Greek and Early Medieval Philosophy. UK: Cambridge University Press. ISBN 0-521-04054-X.
  29. ^ Craig, W. L. (2000). The Kalam Cosmological Argument. USA: Wipf & Stock Publishers. ISBN 1-57910-438-X.
  30. ^ a b Nasr, Seyyed Hossein (2006). "Part 3: Islamic Philosophy in History – Dimensions of the Islamic Intellectual Tradition: Kalām, Philosophy, and Spirituality". Islamic Philosophy from Its Origin to the Present: Philosophy in the Land of Prophecy. Albany, New York: SUNY Press. hlm. 124–126. ISBN 9780791468005. LCCN 2005023943. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 2025-08-14. Diakses tanggal 2025-08-14.
  31. ^ a b Daftary, Farhad; Madelung, ed. (2015). Encyclopaedia Islamica. Brill Publishers. doi:10.1163/1875-9831_isla_COM_0300. ; ;
  32. ^ a b Thiele, Jan (2016) [2014]. "Part I: Islamic Theologies during the Formative and the Early Middle period – Between Cordoba and Nīsābūr: The Emergence and Consolidation of Ash?arism (Fourth–Fifth/Tenth–Eleventh Century)". Dalam Schmidtke, Sabine (ed.). The Oxford Handbook of Islamic Theology. Oxford and New York: Oxford University Press. hlm. 225–241. doi:10.1093/oxfordhb/9780199696703.013.45. ISBN 9780199696703. LCCN 2016935488. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 2025-08-14. Diakses tanggal 2025-08-14.
  33. ^ Frank, Richard M. (2020) [2007]. "Al-Ash?arī's conception of the nature and role of speculative reasoning in theology". Dalam Frank, Richard M.; Gutas, Dimitri (ed.). Early Islamic Theology: The Mu?tazilites and al-Ash?arī – Texts and Studies on the Development and History of Kalām, Vol. II (Edisi 1st). London and New York: Routledge. hlm. 136–154. doi:10.4324/9781003110385_8. ISBN 9780860789789. LCCN 2006935669. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 2025-08-14. Diakses tanggal 2025-08-14.
  34. ^ Heer, Nicholas (n.d.). "A LECTURE ON ISLAMIC THEOLOGY" (PDF). University of Washington Faculty. hlm. 10. Diarsipkan (PDF) dari versi aslinya tanggal 26 October 2021. Diakses tanggal 13 August 2021.
  35. ^ Cyril Glassé, Huston Smith The New Encyclopedia of Islam Rowman Altamira 2003 ISBN 978-0-759-10190-6 page 62-3
  36. ^ Hamad al-Sanan, Fawziy al-'Anjariy, Ahl al-Sunnah al-Asha'irah, pp.248-258. Dar al-Diya'.
  37. ^ Campo, Juan Eduardo (2009). Encyclopedia of Islam (dalam bahasa Inggris). Infobase Publishing. hlm. 287. ISBN 978-1-4381-2696-8. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 2025-08-14. Diakses tanggal 2025-08-14.
  38. ^ Oliver Leaman The Biographical Encyclopedia of Islamic Philosophy Bloomsbury Publishing 2015 ISBN 978-1-472-56945-5 page 311
  39. ^ Lange, Christian (2016). Paradise and Hell in Islamic Traditions. Cambridge United Kingdom: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-50637-3. p. 168
  40. ^ Yüksek Lisans Tezi Imam Maturidi'nin Te'vilatu'l-kur'an'da gaybi konulara ?stanbul-2020 2501171277
  41. ^ "Telling the truth for more than 30 years – Sunni-Shi'i Schism: Less There Than Meets the Eye". WRMEA. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 23 April 2005. Diakses tanggal 30 November 2013.
  42. ^ McLaughlin, Daniel (February 2008). Yemen: The Bradt Travel Guide – Daniel McLaughlin – Google Books. ISBN 9781841622125. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 18 November 2022. Diakses tanggal 30 November 2013.
  43. ^ "Abu'l-?a??āb Asadī". Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 24 December 2018. Diakses tanggal 22 April 2015.
  44. ^ "?a??ābiya". Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 24 December 2018. Diakses tanggal 22 April 2015.
  45. ^ ?z, Mustafa, Mezhepler Tarihi ve Terimleri S?zlü?ü (The History of madhhabs and its terminology dictionary), Ensar Yay?nc?l?k, ?stanbul, 2011. (This is the name of the trainer of Muhammad bin Ismā‘īl as-?aghīr ibn Jā’far. He had established the principles of the Bā?en’iyyah Madh'hab, later.
  46. ^ "?Abdallāh B. Maymūn al-Qaddā?". Diarsipkan dari asli tanggal 16 May 2018. Diakses tanggal 22 April 2015.
  47. ^ "Mapping the Global Muslim Population: A Report on the Size and Distribution of the World's Muslim Population". Pew Research Center. October 7, 2009. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 2025-08-14. Diakses tanggal 2025-08-14. Of the total Muslim population, 11–12% are Shia Muslims and 87–88% are Sunni Muslims. Seven to Eleven Million Alevis and Three to Four Million Alawis constitute nearly 10% of Shi'ites.
  48. ^ Pike, John. "Alawi Islam". Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 13 June 2008. Diakses tanggal 22 April 2015.
  49. ^ Rise of The Fatimids, by W. Ivanow. Page 81, 275
  50. ^ "Isma?ilism xvii. The Imamate in Isma?ilism". Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 24 December 2018. Diakses tanggal 22 April 2015.
  51. ^ Annemarie Schimmel et al.: Der Islam III. Volksfr?mmigkeit, Islamische Kultur, Zeitgen?ssische Str?mungen. Kohlhammer Verlag, Stuttgart 1990, S. 418–420
  52. ^ "Ahmadiyya Islam – Beliefs History Practices". ReligionFacts. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 27 July 2014. Diakses tanggal 19 April 2015.
  53. ^ "Who are the Ahmadi?". BBC News. 28 May 2010. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 30 May 2010. Diakses tanggal 19 April 2015.
  54. ^ Burhani, Ahmad Najib (2013). When Muslims are not Muslims: the Ahmadiyya community and the discourse on heresy in Indonesia. Santa Barbara, California: University of California. ISBN 9781303424861. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 2025-08-14. Diakses tanggal 2025-08-14.
  55. ^ Haq, Zia (2 October 2011). "'Heretical' Ahmadiyya sect raises Muslim hackles". Hindustan Times. Diarsipkan dari asli tanggal 2025-08-14. Diakses tanggal 19 April 2015.
  56. ^ "The Holy Quran". Alislam.org. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 25 July 2011. Diakses tanggal 2025-08-14.
  57. ^ "Ini Dia Penjelasan Soal Aliran Ahmadiyah". Republika. 2025-08-14. Diakses tanggal 2025-08-14.
  58. ^ Munawar, Ahmad (2013). Candy's Bowl: Politik Kerukunan Umat Beragama di Indonesia. Yogjakarta: Suka Press. hlm. 6. ISBN 978-979-8547-75-1. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
脑梗会引起什么症状 什么中药补气血效果最好 尿比重偏高是什么原因 胸变大是什么原因 人肉什么味道
过敏性咳嗽用什么药 牙痛吃什么药 风格是什么意思 长白班什么意思 bp在医学上是什么意思
羲什么意思 三个耳读什么 朱顶红什么时候开花 花木兰姓什么 孩子经常流鼻血是什么原因
王景读什么 湿疹是什么症状及图片 雀子是什么意思 膝盖痛用什么药 旻什么意思
川崎病有什么症状hcv8jop4ns4r.cn 淋巴滤泡增生用什么药能彻底治愈hcv7jop4ns6r.cn 矿物质是什么jinxinzhichuang.com 为什么洗头发时会掉很多头发hcv8jop6ns4r.cn 囊肿是什么原因造成的yanzhenzixun.com
广肚是什么hcv9jop4ns7r.cn 喘气费劲是什么原因hcv8jop3ns2r.cn 双子是什么星座hcv9jop4ns1r.cn 头发掉的多是什么原因baiqunet.com 眼睛屈光不正是什么意思hcv7jop5ns1r.cn
孕酮低对胎儿有什么影响hcv9jop6ns4r.cn 植株是什么意思hcv8jop7ns0r.cn 为什么穿堂风最伤人hcv8jop3ns0r.cn 做b超挂什么科hcv8jop8ns8r.cn 什么书比较好hcv9jop1ns0r.cn
蛇什么时候出来活动hcv7jop4ns7r.cn 肺纹理增粗是什么意思clwhiglsz.com 苏轼是什么朝代的hcv9jop1ns2r.cn 肾有问题有什么症状hcv8jop3ns5r.cn 大便出血吃什么药hcv9jop5ns0r.cn
百度